Thursday, March 10, 2016

CURRENT ACCOUNT DEFICIT: A REVIEW

Bismillaah,


Umum
Defisit transaksi/neraca berjalan umumnya terjadi pada negara-negara maju seperti AS, Australia, Perancis, Inggris. Sedangkan surplus transaksi berjalan umumnya terdapat di negara-negara berkembang terutama negara-negara Asia pasca krisis Asia 97/98. Defisit transaksi berjalan tidak berarti buruk bagi ekonomi dan sebaliknya surplus transaksi berjalan tidak selamanya baik bagi ekonomi.
Surplus neraca berjalan berarti investasi domestik hanya ditopang oleh tabungan domestik sedangkan defisit neraca berjalan berarti investasi domestik yang lebih tinggi karena ditopang tidak hanya oleh tabungan domestik tetapi juga oleh investasi yang bersumber dari arus masuk modal internasional.
Oleh karena itu, defisit neraca berjalan dapat mendukung investasi domestik yang lebih tinggi agar tercapai PDB yang lebih tinggi yang pada gilirannya menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan pendapatan masyarakat yang lebih tinggi.
Mempertahankan defisit neraca berjalan berkonsekuensi pada akumulasi utang luar negeri yang lebih besar. Akan tetapi hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena dengan potensi PDB yang lebih besar maka negara yang bersangkutan akan lebih mampu membayar utang-utangnya pada saat jatuh tempo. Jika besaran akumulasi utang luar negeri menjadi perhatian serius, negara tersebut harus menaikkan tabungan domestik yaitu dengan cara meningkatkan tabungan swasta atau menjalan kebijakan anggaran surplus.
Kebijakan pemerintah Indonesia saat ini adalah menggalakan investasi domestik dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas. Dengan kondisi surplus neraca berjalan saat ini, Indonesia dapat meningkatkan investasinya dengan menggunakan tabungan domestik. Akan tetapi untuk mencapai pertumbuhan investasi yang lebih tinggi lagi, Indonesia memerlukan arus masuk modal internasional karena tabungan domestik tidak akan mencukupi untuk menopang pertumbuhan investasi yang lebih tinggi agar terciptanya lebih banyak lapangan kerja. Sepanjang terdapat arus masuk bersih modal asing yang meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi, Indonesia dapat mempertahankan defisit neraca berjalan yang aman (sustainable).

Hubungan NA dan BOP
Untuk memahami uraian di atas kita dapat mengacu kepada hubungan antara national account dan balance of payment sebagai berikut:
  GDP = C + G + I +(X - M)
  C = Private consumption
  G = Government consumption
  I = Gross fixed capital formation
  X - M = Balance of goods & services (BOP)
  CAB = XM + NY + NCT
  CAB = Current account balance (BOP)
  NY = Net income from abroad (BOP)
  NCT = Net current transfers from abroad (BOP)
  GNDY = C + G + I + CAB
  GNDY = Gross national disposable income
  GNDY - C - G = S
  S = Saving
  S = I + CAB
  S = I + CAB or
  CAB = S - I
  Surplus transaksi berjalan --> Investasi kecil
  Defisit transaksi berjalan --> Investasi besar
  CAB + KFA = BOP balance = Change in Reserve
  BOP surplus --> Reserve increase
  BOP balanced --> Reserve constant
  BOP deficit --> Reserve decrease
  GDP = C + G + I +(X - M)
  CAB = XM + NY + NCT
  GNDY = C + G + I + CAB
  GNDY - C - G = S
  S = I + CAB or
  CAB = S - I
  CAB + KFA = BOP balance

Pengalaman Defisit Transaksi Berjalan di Beberapa Negara di Dunia
Thailand:

Defisit transaksi berjalan ditutup oleh surplus neraca modal dan keuangan, dan sebaliknya surplus transaksi berjalan menutup defisit pada neraca modal dan keuangan. Defisit dan surplus transaksi berjalan sebagian besar bersumber dari neraca perdagangan. Pasca krisis Asia 97/98, trade balance cenderung turun dan surplus transaksaksi berjalan digunakan untuk melunasi utang (other investment).

Korea Selatan:

Pasca krisis Asia, transaksi berjalan mengalami surplus. Pada 2008 baik current account maupun capital & financial account mengalami defisit. Defisit current account lebih disebabkan oleh trade balance, kecuali pada 2008. Pasca krisis Asia trade balance surplus. Defisit transaksi berjalan sebagian besar ditutup oleh direct investment & portfolio investment (1990 – 1997) dan pada 2006 & 2007 other investment (utang) sangat dominan.

Tiongkok (China):

Baik current account maupun capital & financial account surplus. Surplus transaksi berjalan ditopang oleh surplus neraca perdagangan. Surplus neraca perdagangan bersumber dari pertumbuhan ekspor yang melebihi impor. Surplus transaksi berjalan tidak diimbangi oleh transaksi keuangan. Surplus transaksi digunakan untuk akumulasi cadangan devisa.

Kesimpulan untuk Negara Berkembang:

Pasca krisis Asia, negara-negara cenderung mengambil kebijakan untuk mengakumulasi cadangan devisa dengan mempertahankan surplus pada transaksi berjalan. Khusus China kebijakan yang diambil adalah: Fixed exchange rate, Capital restriction, BOP surplus

Jepang:

Surplus transaksi berjalan digunakan untuk menutup defisit pada neraca modal dan keuangan. Trade balance dan income accountmendominasi surplus transaksi berjalan. Trade balance cenderung stabil.Direct investment selalu negatif artinya penduduk Jepang lebih banyak investasi di luar negeri.

Australia:

Australia mengalami kondisi defisit transaksi berjalan yang cukup lama. Sumber utama defisit transaksi berjalan adalah defisit pada services, income & transfer. Trade balance cenderung bergerak deficit relative kecil. Sebagian besar defisit transaksi berjalan ditutup oleh surplus investasi langsung dan portofolio.

USA:

Amerika juga telah mengalami kondisi defisit transaksi berjalan yang cukup lama dan ditutup oleh neraca modal dan keuangan. Sumber defisit transaksi berjalan adalah defisit pada neraca perdagangan. Besaran dan pertumbuhan impor melebihi ekspor sehingga neraca perdagangan AS defisit. Untuk menopang defisit transaksi berjalan, AS mengandalkan pada investasi portofolio.

Kesimpulan untuk Negara Maju:

Karena terjadi Saving Gap, negara-negara maju cenderung mengalami defisit transaksi berjalan dan menutupnya dengan meningkatkan arus masuk modal internasional. Walaupun CA defisit, modal internasional yang masuk berguna untuk meningkatkan pertumbuhan investasi. Di mana Investasi tinggi -->  PDB tinggi --> Penciptaan Lapangan Kerja. Akan tetapi terdapat risiko: Akumulasi Utang Luar Negeri yang tinggi. Risiko ini tidak menjadi masalah selama PDB tinggi, mereka tetap mampu membayar utang pada saat jatu tempo. Risiko ini juga dapat diperkecil dengan meminimalkan defisit fiskal.

Bagaimana dengan Indonesia?

Sebelum Krisis Asia 97/98, transaksi berjalan konsisten defisit. Trauma krisis menyebabkan negara-negara Asia mengakumulasi cadangan devisa dengan surplus pada transaksi berjalan. Sebelum Krisis Asia, sumber defisit transaksi berjalan bersumber dari neraca jasa-jasa. Setelah krisis Asia, surplus transaksi berjalan bersumber dari surplus neraca perdagangan. Pertumbuhan ekspor yang melebihi impor menyebabkan surplus neraca perdagangan. Ke depan, untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan investasi, defisit transaksi berjalan yang sustainable merupakan hal yang wajar. Sebelum krisis Asia, defisit transaksi berjalan ditopang oleh Investasi Langsung yang positif. Pasca krisis Asia surplus transaksi berjalan diikuti oleh investasi langsung yang negatif. Sebelum krisis Asia, nilai tukar stabil. Defisit transaksi berjalan menutup saving gap untuk kebutuhan investasi.  Surplus transaksi berjalan diikuti dengan kenaikan saving tapi investasi yang lebih rendah daripada jika defisit transaksi berjalan.

Kesimpulan


Defisit Transaksi Berjalan = Arus Masuk Modal Internasional --> Berguna untuk Meningkatkan Investasi
Peningkatan Investasi --> PDB tinggi --> Menciptakan Banyak Lapangan Kerja.
Warning: Akumulasi Utang Luar Negeri
Dapat di atasi dengan penurunan defisit fiskal.
Sepanjang utang digunakan untuk investasi, tidak masalah.
Dengan semakin pulihnya ekonomi Indonesia, akan mendorong permintaan domestik --> Investasi naik --> Impor naik --> Defisit transaksi berjalan.


No comments: