Umum
Defisit transaksi/neraca berjalan umumnya terjadi pada
negara-negara maju seperti AS, Australia, Perancis, Inggris. Sedangkan surplus
transaksi berjalan umumnya terdapat di negara-negara berkembang terutama
negara-negara Asia pasca krisis Asia 97/98. Defisit transaksi berjalan tidak
berarti buruk bagi ekonomi dan sebaliknya surplus transaksi berjalan tidak
selamanya baik bagi ekonomi.
Surplus neraca berjalan berarti investasi domestik hanya
ditopang oleh tabungan domestik sedangkan defisit neraca berjalan berarti
investasi domestik yang lebih tinggi karena ditopang tidak hanya oleh tabungan
domestik tetapi juga oleh investasi yang bersumber dari arus masuk modal
internasional.
Oleh karena itu, defisit neraca berjalan dapat mendukung
investasi domestik yang lebih tinggi agar tercapai PDB yang lebih tinggi yang
pada gilirannya menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan pendapatan masyarakat
yang lebih tinggi.
Mempertahankan defisit neraca berjalan berkonsekuensi pada
akumulasi utang luar negeri yang lebih besar. Akan tetapi hal ini tidak perlu
dikhawatirkan karena dengan potensi PDB yang lebih besar maka negara yang
bersangkutan akan lebih mampu membayar utang-utangnya pada saat jatuh tempo.
Jika besaran akumulasi utang luar negeri menjadi perhatian serius, negara
tersebut harus menaikkan tabungan domestik yaitu dengan cara meningkatkan
tabungan swasta atau menjalan kebijakan anggaran surplus.
Kebijakan pemerintah Indonesia saat ini adalah menggalakan
investasi domestik dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkualitas. Dengan kondisi surplus neraca berjalan saat ini, Indonesia dapat
meningkatkan investasinya dengan menggunakan tabungan domestik. Akan tetapi
untuk mencapai pertumbuhan investasi yang lebih tinggi lagi, Indonesia
memerlukan arus masuk modal internasional karena tabungan domestik tidak akan
mencukupi untuk menopang pertumbuhan investasi yang lebih tinggi agar
terciptanya lebih banyak lapangan kerja. Sepanjang terdapat arus masuk bersih
modal asing yang meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi, Indonesia
dapat mempertahankan defisit neraca berjalan yang aman (sustainable).
Hubungan NA dan BOP
Untuk memahami uraian di atas kita dapat mengacu kepada hubungan antara national account dan balance of payment sebagai berikut:
GDP
= C + G + I +(X - M)
C
= Private consumption
G
= Government consumption
I
= Gross fixed capital formation
X
- M = Balance of goods & services (BOP)
CAB
= XM + NY + NCT
CAB
= Current account balance (BOP)
NY
= Net income from abroad (BOP)
NCT
= Net current transfers from abroad (BOP)
GNDY
= C + G + I + CAB
GNDY
= Gross national disposable income
GNDY
- C - G = S
S
= Saving
S
= I + CAB
S
= I + CAB or
CAB = S - I
Surplus transaksi berjalan --> Investasi kecil
Defisit transaksi berjalan --> Investasi besar
CAB + KFA = BOP balance = Change in
Reserve
BOP surplus --> Reserve increase
BOP balanced --> Reserve constant
BOP deficit --> Reserve decrease
GDP
= C + G + I +(X - M)
CAB
= XM + NY + NCT
GNDY
= C + G + I + CAB
GNDY
- C - G = S
S
= I + CAB or
CAB = S - I
CAB + KFA = BOP balance
Thailand:
Defisit transaksi berjalan ditutup oleh surplus neraca modal dan keuangan,
dan sebaliknya surplus transaksi berjalan menutup defisit pada neraca modal dan
keuangan. Defisit dan surplus
transaksi berjalan sebagian besar bersumber dari neraca perdagangan. Pasca krisis Asia 97/98, trade
balance cenderung turun dan surplus transaksaksi berjalan digunakan
untuk melunasi utang (other investment).
Korea Selatan:
Pasca krisis Asia, transaksi berjalan mengalami surplus. Pada 2008 baik current
account maupun capital &
financial account mengalami defisit.
Defisit current account lebih disebabkan oleh trade
balance, kecuali pada 2008. Pasca krisis Asia trade balance surplus. Defisit transaksi berjalan sebagian besar ditutup
oleh direct investment &
portfolio investment (1990 – 1997) dan pada 2006 & 2007 other investment (utang) sangat dominan.
Tiongkok (China):
Baik current account
maupun capital & financial account surplus. Surplus
transaksi berjalan ditopang oleh surplus neraca perdagangan. Surplus neraca perdagangan bersumber dari
pertumbuhan ekspor yang melebihi impor. Surplus transaksi berjalan tidak diimbangi oleh transaksi keuangan. Surplus
transaksi digunakan untuk akumulasi cadangan devisa.
Kesimpulan untuk Negara Berkembang:
Pasca krisis Asia, negara-negara cenderung mengambil kebijakan untuk
mengakumulasi cadangan devisa dengan mempertahankan surplus pada transaksi
berjalan. Khusus China kebijakan yang diambil adalah: Fixed exchange rate, Capital restriction, BOP surplus
Jepang:
Surplus transaksi berjalan digunakan untuk menutup defisit pada neraca
modal dan keuangan. Trade balance dan income accountmendominasi
surplus transaksi berjalan. Trade balance cenderung stabil.Direct investment selalu negatif artinya penduduk Jepang
lebih banyak investasi di luar negeri.
Australia:
Australia mengalami kondisi defisit transaksi berjalan yang cukup lama. Sumber utama defisit transaksi
berjalan adalah defisit pada services, income & transfer. Trade
balance cenderung bergerak deficit relative kecil. Sebagian besar defisit transaksi berjalan ditutup
oleh surplus investasi langsung dan portofolio.
USA:
Amerika juga telah mengalami kondisi defisit transaksi berjalan yang cukup lama dan ditutup oleh neraca modal dan keuangan. Sumber defisit transaksi berjalan adalah
defisit pada neraca perdagangan. Besaran dan pertumbuhan impor melebihi ekspor sehingga neraca perdagangan
AS defisit. Untuk menopang
defisit transaksi berjalan, AS mengandalkan pada investasi portofolio.
Kesimpulan untuk Negara Maju:
Karena terjadi Saving Gap, negara-negara maju cenderung mengalami defisit
transaksi berjalan dan menutupnya dengan meningkatkan arus masuk modal internasional. Walaupun CA defisit, modal internasional
yang masuk berguna untuk meningkatkan pertumbuhan investasi. Di mana Investasi tinggi -->
PDB tinggi -->
Penciptaan Lapangan Kerja. Akan tetapi terdapat risiko: Akumulasi Utang Luar Negeri yang tinggi. Risiko
ini tidak menjadi masalah selama PDB tinggi, mereka tetap mampu membayar utang
pada saat jatu tempo. Risiko ini juga dapat diperkecil dengan meminimalkan
defisit fiskal.
Bagaimana dengan Indonesia?
Sebelum Krisis Asia 97/98, transaksi berjalan konsisten defisit. Trauma
krisis menyebabkan negara-negara Asia mengakumulasi cadangan devisa dengan
surplus pada transaksi berjalan. Sebelum Krisis Asia, sumber defisit transaksi berjalan bersumber dari
neraca jasa-jasa. Setelah krisis Asia, surplus transaksi berjalan bersumber
dari surplus neraca perdagangan. Pertumbuhan ekspor yang melebihi impor menyebabkan
surplus neraca perdagangan. Ke depan, untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dengan investasi, defisit transaksi berjalan yang sustainable merupakan
hal yang wajar. Sebelum krisis Asia, defisit transaksi berjalan ditopang oleh Investasi
Langsung yang positif. Pasca krisis Asia surplus transaksi berjalan diikuti
oleh investasi langsung yang negatif. Sebelum krisis Asia, nilai tukar stabil.
Defisit transaksi berjalan menutup
saving gap untuk kebutuhan investasi. Surplus transaksi berjalan diikuti dengan kenaikan saving tapi investasi
yang lebih rendah daripada jika defisit transaksi berjalan.
Kesimpulan
Defisit Transaksi Berjalan = Arus Masuk Modal Internasional --> Berguna untuk Meningkatkan Investasi
Peningkatan Investasi --> PDB tinggi --> Menciptakan Banyak Lapangan Kerja.
Warning: Akumulasi Utang Luar Negeri
Dapat di atasi dengan penurunan defisit fiskal.
Sepanjang utang digunakan untuk investasi, tidak masalah.
Dengan semakin pulihnya ekonomi Indonesia, akan mendorong permintaan
domestik --> Investasi
naik --> Impor
naik --> Defisit
transaksi berjalan.
No comments:
Post a Comment