Friday, March 11, 2016

LESSONS LEARNED FROM AUSTRALIAN CURRENT ACCOUNT DEFICIT (CAD)

Bismillaah,

1.      Australia dan Indonesia jelas menghadapi tekanan yang berbeda berkaitan dengan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Konsensus yang berlaku adalah bahwa negara-negara berkembang seperti Indonesia harus menggunakan alat kebijakan untuk mengantisipasi dan mengelola volatilitas jangka pendek di sektor eksternal. Akan tetapi, ada batas pada langkah-langkah jangka pendek tanpa secara signifikan mengurangi permasalahan utama pada jangka panjang dan menciptakan kondisi di mana CAD tidak akan menjadi masalah yang perlu 'dikelola' dalam jangka pendek.
2.      Ada tiga pesan penting terkait dengan CAD: pertama, kondisi CAD ​​belum tentu 'buruk' karena menunjukkan peluang investasi yang lebih besar dibandingkan tabungan domestik. Kedua, kondisi CAD tidak selalu berarti kita tidak dapat menghindari ketidakstabilan. Ketiga, pengalaman Australia yang mengkombinasikan CAD dengan pertumbuhan menunjukkan bahwa Australia tidak menerapkan kebijakan yang secara khusus di arahkan untuk mengendalikan CAD, neraca perdagangan atau aliran modal. Sebagai penggantinya, Australia memiliki agenda reformasi struktural jangka panjang; menciptakan lingkungan kehati-hatian yang ter-regulasi dengan baik; melaksanakan liberalisasi dan memperdalam pasar keuangan, serta agenda kebijakan yang transparan dan diartikulasikan dengan baik. Komitmen yang diberikan oleh pemerintah Australia terhadap agenda yang berbasis memaksimalkan kinerja ekonomi bersamaan dengan strategi kebijakan dengan parameter yang jelas telah berhasil tidak hanya mendorong investasi di Australia tetapi juga mengurangi persepsi risiko pasar berinvestasi di Australia di tengah CAD yang cukup besar.
3.      Ada tiga opsi untuk Indonesia terkait CAD. Pertama, reformasi fiskal. Reformasi subsidi BBM adalah langkah yang sangat penting untuk memperbaiki struktur keseimbangan fiskal. Tapi yang lebih luas adalah kebutuhan untuk meningkatkan penerimaan perpajakan. Kedua reformasi ini akan memberikan 'ruang fiskal' untuk menghadapi guncangan, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar terhadap kemampuan Pemerintah Indonesia untuk mengelola guncangan.
4.      Wilayah kedua yang penting bagi Indonesia adalah investasi untuk mendorong stabilitas. Salah satu hal yang paling penting yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko pelarian modal adalah mengurangi risiko endogen berinvestasi di suatu negara. Australia berupaya mengurangi risiko endogen melalui proses reformasi panjang tahun 1980-an dan 1990-an. Kebijakan ini tidak secara eksplisit menargetkan CAD, tetapi lebih berkaitan dengan reformasi ekonomi secara umum dan membuat perekonomian lebih fleksibel dan terbuka terhadap perubahan peluang. Indonesia akan tetap menjadi tujuan yang menarik untuk investasi di masa mendatang, dan itu akan merugikan potensi pertumbuhan dengan meninggalkan peluang investasi demi mencoba untuk mengurangi risiko pelarian modal.
5.        Akhirnya, strategi pertumbuhan berbasis produktivitas yang dibentuk secara transparan penting untuk memberikan kepastian kepada pasar dan investor. Ini akan membuka potensi produktivitas Indonesia melalui reformasi di bidang infrastruktur, modal manusia (human capital) - meningkatkan mutu pendidikan manusia, reformasi jaminan sosial.

No comments: