Abstrak
Kinerja
ekspor dan impor Indonesia selama periode 2000 – 2009 cenderung mengalami
peningkatan walaupun sempat mengalami penurunan saat terjadi krisis ekonomi
global 2008/2009. Proyeksi ekspor dan impor triwulanan berguna bagi bahan
masukan dalam memproyeksi besaran Produk Domestik Bruto yang akan digunakan
dalam penyusunan APBN. Proyeksi difokuskan kepada pertumbuhan (growth) volume dan harga baik ekspor
maupun impor. Model ekonometrik yang dikembangkan menggunakan metode ordinary least square (OLS) dengan
meregresikan variabel-variabel yang mempengaruhi volume dan harga—ekspor dan
impor.
Kata
kunci: Proyeksi, Ekspor, Impor, Perdagangan Luar Negeri, Penyesuaian Musiman.
1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekspor dan impor atau biasa dikenal
sebagai perdagangan luar negeri menjadi semakin penting dalam rangka pemulihan
dan percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara nominal perdagangan luar
negeri terus bertambah yang mencerminkan rata-rata 60 persen dari produk
domestik bruto. Hal ini menunjukkan perekonomian Indonesia semakin terbuka
terhadap dinamika perekonomian global.
Perdagangan luar negeri dalam
sistem ekonomi terbuka seperti Indonesia memberikan sumbangan besar bagi pertumbuhan
ekonomi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), selama periode 2000-2009 dimana
ekonomi tumbuh cukup tinggi dengan rata-rata sebesar 5,1 persen, ekspor tumbuh
rata-rata sebesar 8,0 persen sedangkan impor tumbuh sebesar 8,5 persen,
sehingga ekspor neto tumbuh rata-rata sebesar 7,9 persen.
Kebutuhan proyeksi ekspor dan
impor sangat penting sebagai masukan bagi penetapan asumsi pertumbuhan ekonomi
dalam APBN. Perhitungan PDB metode
pengeluaran membutuhkan proyeksi angka ekspor dan impor yang akurat agar
proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan bisa lebih akurat.
Angka proyeksi ekspor dan impor
juga penting dalam memproyeksikan neraca pembayaran terutama neraca transaksi
berjalan. Pos-pos yang membentuk neraca transaksi berjalan adalah neraca perdagangan
barang, neraca jasa, neraca pendapatan, dan neraca transfer berjalan. Angka
yang diperoleh dari proyeksi ekspor dan impor dapat menjadi masukan untuk
pos-pos neraca perdagangan barang dan neraca jasa.
1.2. Perumusan Masalah
Proyeksi angka pertumbuhan PDB membutuhkan masukan angka
proyeksi pertumbuhan ekspor dan impor yang akurat. Proyeksi yang akurat
membutuhkan model ekonometrik ekspor dan impor. Model tersebut diharapkan bisa
memberikan angka proyeksi ekspor dan impor secara triwulanan, baik volume (riil/harga
konstan) maupun harga.
1.3. Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian
ini adalah untuk
a.
mengetahui perkembangan ekspor dan impor yang mempengaruhi
laju pertumbuhan ekonomi;
b.
mengidentifikasi faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi
ekspor dan impor; dan
c.
membuat model ekonometrik yang dapat memberikan angka
proyeksi pertumbuhan ekspor dan impor triwulan, baik volume maupun harga,
secara akurat. Angka proyeksi pertumbuhan ekspor dan impor ini akan digunakan
sebagai masukan bagi proyeksi pertumbuhan ekonomi (PDB).
1.4. Metodologi dan Data
Metodologi
yang digunakan adalah pertama, memilah nilai ekspor dan impor menjadi dua
komponen yaitu volume dan harga. Kemudian mengidentifikasikan variabel-variabel
yang dapat mempengaruhi volume dan harga baik ekspor maupun impor. Setelah
variabel-variabel tersebut diidentifikasikan, variabel-variabel tersebut harus
dilakukan penyesuaian musiman karena data yang digunakan adalah data triwulanan
sehingga faktor musiman sangat mempengaruhi karakter data. Tahap terakhir
adalah konstruksi data agar dapat dilakukan analisa ekonometrika. Adapun sumber
data berasal dari BPS, CEIC, Bloomberg, dan Bank Dunia. Untuk lebih lengkapnya
dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
1.4.1. Nilai,
Harga, dan Volume
Nilai
nominal ekspor dan impor dipengaruhi oleh volume dan harga yang dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut:
Nilai Ekspor = Volume
Ekspor x Harga Ekspor........................................................(1)
Nilai Impor = Volume
Impor x Harga Impor.............................................................(2)
Untuk
mengetahui hubungan antara pertumbuhan nilai ekspor/impor dengan pertumbuhan
volume ekspor/impor dan pertumbuhan harga ekspor/impor, kita ubah persamaan ini
dalam bentuk logaritma sebagai berikut:
log (Nilai Ekspor) =log
(Volume Ekspor x Harga Ekspor)......................................(4)
log (Nilai Impor) =log
(Volume Impor x Harga Impor)...........................................(5)
Kemudian
sesuai dengan hukum perkalian logaritma, persamaan (4) dan (5) disusun kembali
menjadi:
log (Nilai Ekspor) =log
(Volume Ekspor) + log ( Harga Ekspor)...........................(6)
log (Nilai Impor) =log
(Volume Impor) + log (Harga Impor)................................(7)
Persamaan
(6) dan (7) kita ubah kembali dengan membuat turunan pertama dari ke dua sisi
persamaan terhadap waktu sehingga menjadi:
d log (Nilai Ekspor)/dt
= d log (Volume Ekspor)/dt + d log (Harga Ekspor)/dt........(8)
d log (Nilai Impor)/dt
= d log (Volume Impor)/dt + d log (Harga Impor)/dt.............(9)
Persaman
(8) dan (9) menunjukkan persentase perubahan atau tingkat pertumbuhan, sehingga
diperoleh persamaan berikut:[2]
% ∆(Nilai Ekspor) =% ∆(
Volume Ekspor) + % ∆( Harga Ekspor).........................(10)
% ∆(Nilai Impor) =% ∆(
Volume Impor) + % ∆( Harga Impor)..............................(11)
Sehingga
pertumbuhan nilai ekspor/impor merupakan penjumlahan dari pertumbuhan volume
ekspor/impor dengan pertumbuhan harga ekspor/impor. Misalkan diketahui
pertumbuhan volume ekspor sebesar 5% dan pertumbuhan harga ekspor sekitar 6%
maka pertumbuhan nilai ekspor diperkirakan sebesar 11%.
Berdasarkan
pemikiran di atas, ada empat besaran yang harus diproyeksi yaitu:
- Pertumbuhan volume ekspor;
- Pertumbuhan harga ekspor;
- Pertumbuhan volume impor; dan
- Pertumbuhan harga impor.
Data
volume dan harga ekspor/impor dapat diperoleh melalui data PDB. Keuntungan
menggunakan data ekspor dan impor dari PDB adalah ekspor dan impor dapat
dipecah menjadi: ekspor dan impor baik barang dan jasa serta ekspor dan impor
menurut harga berlaku (nilai nominal) dan harga konstan (riil/volume).
Keuntungan lainnya adalah kita bisa menentukan deflator harga tersirat (implict price deflator) dengan cara
membagi harga berlaku dengan harga konstan. Sedangkan kerugiannya adalah data
PDB hanya tersedia secara triwulanan sehingga kita tidak bisa memproyeksikan
pertumbuhan volume dan harga ekspor/impor secara bulanan.
Berdasarkan
tinjauan literatur, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi volume dan harga
ekspor/impor adalah:
- Volume ekspor
Volume
ekspor dipengaruhi oleh permintaan dunia, volume perdagangan dunia, harga
ekspor, nilai tukar (nominal, efektif nominal, dan efektif riil), dan rasio
harga relatif (harga ekspor dibandingkan dengan inflasi negara mitra dagang).
Variabel permintaan dunia adalah pertumbuhan PDB mitra dagang utama ekspor
Indonesia;
- Harga ekspor
Faktor-faktor
yang bisa mempengaruhi harga ekspor adalah harga komoditas utama ekspor, PDB
negara mitra dagang ekspor, volume perdagangan dunia, inflasi negara mitra
dagang ekspor, harga komoditas, inflasi domestik, dan nilai tukar (nominal,
efektif nominal, dan efektif riil). Variable inflasi meliputi inflasi domestik
dan inflasi dari negara mitra dagang utama ekspor Indonesia;
- Volume impor
Volume
impor dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti permintaan dalam negeri, PDB
domestik, harga impor, volume ekspor, rasio harga relatif (harga impor
dibandingkan terhadap inflasi domestik) dan nilai tukar (nominal, efektif
nominal, dan efektif riil). Permintaan dalam negeri meliputi permintaan impor
untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi, pengeluaran pemerintah dan investasi.
Volume ekspor juga mempengaruhi volume impor dengan alasan bahwa pengusaha
melakukan impor untuk diekspor; dan
- Harga impor
Harga
impor pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti harga komoditas,
inflasi negara mitra dagang impor, domestik PDB, permintaan (investasi dan
konsumsi) domestik dan nilai tukar (nominal, efektif nominal, dan efektif
riil).
1.4.2. Penyesuaian Musiman[3]
Data runtut waktu (time
series) adalah runtutan data kegiatan ekonomi yang diperoleh dalam rentang waktu yang
teratur. Data yang diperoleh secara bulanan atau triwulanan akan menimbulkan
masalah daya banding karena data tersebut masih mengandung unsur musiman.
Contoh pengaruh musiman adalah kenaikan harga/produksi minyak selama bulan
September untuk mengantisipasi permintaan minyak yang tinggi pada musim dingin.
Pengaruh musiman sering cukup besar menutupi karakteristik
lain data yang penting bagi analisa tren ekonomi. Misalkan, jika setiap bulan
terdapat faktor musiman yang berbeda-beda terhadap tinggi atau rendahnya nilai
maka akan sulit untuk mendeteksi arah umum dari data runtut waktu tersebut
apakah naik, turun, berbalik arah, tidak ada perubahan, atau konsisten dengan
indikator ekonomi yang lain. Oleh karena itu, pengaruh musiman ini harus
dihilangkan dari data runtut waktu untuk mendapatkan faktor-faktor bukan
musiman yang mempengaruhi data. Proses menghilangkan faktor musiman ini biasa
disebut dengan penyesuaian musiman (seasonal
adjustment)
Mekanisme penyesuaian musiman adalah dengan memisahkan
empat komponen dari suatu data runtut waktu. Empat komponen tersebut adalah
tren, siklus, musiman, dan komponen yang tidak teratur. Untuk melakukan proses
penyesuaian musiman, kami menggunakan program perangkat lunak EViews yang telah
memiliki fasilitas penyesuaian musiman seperti Sensus X12, X11, TRAMO/SEATS,
dan metode rata-rata bergerak. Dengan bantuan program EViews, kita akan
memperoleh dua variabel tambahan yaitu data runtut waktu yang telah dihilangkan
faktor musimannya dan data yang berisi faktor musiman (seasonal factor). Jika data asli (original series) dibagi dengan faktor musiman akan diperoleh data
yang disesuaikan secara musiman (seasonally
adjusted series). Contoh, pada bulan Januari, data asli bernilai 100.000
dan faktor musiman adalah 0,80 maka nilai yang disesuaikan secara musiman
adalah 100.000/0,8=125.000.
1.4.3.
Konstruksi Data
Konstruksi data bertujuan untuk mengkompilasi dan
mentransformasi variabel-variabel independen dan dependen agar dapat digunakan
dalam regresi linear. Kontruksi data meliputi beberapa tahapan:
a.
Mengkompilasi data dari sumber data sekunder. Semua data
indeks harus memiliki tahun dasar yang sama yaitu tahun 2000. Karena data yang
diperlukan adalah data triwulanan maka beberapa data yang hanya tersedia
tahunan seperti volume perdagangan dunia tidak dimasukkan dalam data
konstruksi;
b.
Karena data triwulanan maka diperlukan penyesuaian musiman.
Beberapa sudah dalam bentuk yang disesuaikan secara musiman sehingga tidak
diperlukan penyesuaian lagi;
c.
Setelah data disesuaiakan secara musiman, data
ditransformasikan dalam bentuk natural
log atau ln(Xit) dengan tujuan untuk mengurangi tren sehingga data
diharapkan lebih stasioner; dan
d.
Tahap terakhir konstruksi data adalah mencari pertumbuhan
triwulanan dari data dalam bentuk natural
log atau % = (ln(Xit) – ln(Xit-1))/ln(Xit-1).
Data akhir inilah yang akan menjadi input untuk program EViews.
2. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Ekspor dan Impor
2.1.1. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Ekspor
Teori
Heckser-Ohlin berusaha menjelaskan faktor-faktor apa yang mendorong suatu
negara melakukan perdagangan internasional. Teori ini menyatakan bahwa suatu
negara melakukan perdagangan global dengan negara lain karena negara tersebut
memiliki keunggulan komparatif. Negara tersebut akan mengekspor produk yang
menggunakan faktor produksi yang melimpah dibandingkan negara lain. Negara
berkembang akan mengekspor produk yang intensif tenaga kerja seperti tekstil
sedangkan negara industri akan mengekspor produk yang intensif modal (Carbaugh
2008).
Hossain
(2009) melakukan penelitian tentang perilaku permintaan ekspor di Indonesia
dengan menggunakan data tahunan 1963-2005. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan jangka panjang antara ekspor riil, pendapatan (PDB riil)
dunia, dan harga ekspor relatif.
Sugema
(2005) membuat fungsi ekspor dengan memasukkan tiga variabel yang mempengaruhi
ekspor riil. Ketiga variabel tersebut adalah nilai tukar riil, pendapatan dunia
riil, dan kapasitas produksi ekspor. Fungsi ekspor ini menggabungkan fungsi
permintaan ekspor (melalui pendapatan dunia riil) dan fungsi penawaran ekspor
(melalui kapasitas produksi ekspor). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
depresiasi nilai tukar riil dapat meningkatkan ekspor riil.
Mervar
(1994) menggunakan model konvensional untuk mengestimasi permintaan ekspor.
Kuantitas ekspor dipengaruhi secara positif oleh pendapatan negara/wilayah
pengimpor, secara negatif oleh harga ekspor Kroasia sebagai negara pengekspor,
secara positif oleh harga barang substitusi di pasar dunia, dan secara positif
oleh impor. Harga ekspor negara pengekspor dan harga barang substitusi di pasar
dunia merupakan harga relatif yang diproksikan dengan indeks nilai tukar
efektif riil. Hasilnya adalah hubungan positif antara nilai tukar efektif riil
dan nilai ekspor.
Hauk
(2008) mengestimasi elastisitas penawaran ekspor AS periode 1978-2001 dengan
data panel. Variabel-variabel yang mempengaruhi kuantitas ekspor adalah harga
rata-rata ekspor AS, harga rata-rata barang impor AS, deflator PDB negara mitra
dagang AS, PDB riil negara mitra dagang AS, dan nilai tukar USD dengan nilai
tukar negara mitra dagang AS. Hasil studi menunjukkan bahwa semua variabel
tersebut mempengaruhi kuantitas ekspor secara signifikan dengan tanda sesuai
harapan.
2.1.2. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Impor
Dengan
membuat dua persamaan regresi untuk menangani masalah endogeneity, Hauk (2008) mengestimasi elastisitas permintaan impor
AS periode 1978-2001 dengan data panel. Harga barang domestik yang bersaing
dengan barang impor, harga rata-rata barang impor, PDB deflator AS, dan PDB
riil AS adalah variabel-variabel yang mempengaruhi kuantitas impor dimana hasil
regresi menunjukkan semua variabel berpengaruh secara signifikan dan dengan
tanda sesuai harapan.
Sugema
(2005) mendefinisikan impor riil sebagai fungsi nilai tukar riil dan pendapatan
domestik riil. Fungsi impor ini merupakan fungsi permintaan karena menggunakan
asumsi negara kecil. Hasil menunjukkan bahwa kenaikan satu persen PDB riil akan
menaikkan impor sebesar 1,2 persen dan satu persen depresiasi nilai tukar riil
akan menyebabkan impor riil berkontraksi sebesar 1,9 persen.
Mervar
(1994) mengestimasi fungsi permintaan kuantitas impor dengan menggunakan data
bulanan dengan periode Januari 1990 sampai Desember 1993. Setelah memasukkan
variable pendapatan domestik, harga barang substitusi, dan harga barang impor
sebagai variabel penjelas; hasil regresi menunjukkan bahwa semua variabel
secara signifikan mempengaruhi nilai impor.
3. ANALISA PROYEKSI EKSPOR DAN IMPOR
3.1. Kinerja Ekspor
dan Impor Tahun 2000 – 2009
Perkembangan
ekspor dan impor Indonesia selama periode 2000 – 2009 disajikan pada Gambar 1.
Ekspor dan impor cenderung mengalami peningkatan. Pada triwulan I (Maret) 2000
ekspor barang dan jasa mencapai Rp112,7 triliun, yang terus meningkatkan hingga
mencapai nilai tertinggi Rp384,5 triliun pada triwulan III (September) 2008.
Memasuki krisis ekonomi global, ekspor barang & jasa Indonesia mengalami penurunan
karena turunnya permintaan dari negara-negara yang merupakan mitra dagang utama
Indonesia. Penurunan ini terus terjadi sampai triwulan I (Maret) 2009.
Pembalikan tren mulai terjadi pada triwulan II (Juni) 2009 yang ditandai oleh
mulai cairnya stimulus fiskal dari negara-negara tujuan ekspor yang terkena
dampak krisis ekonomi global, sehingga nilai ekspor mencapai Rp381 triliun pada
triwulan IV (Desember) 2009, mendekati nilai tertinggi sebelum krisis ekonomi
global. Pola yang hampir sama juga terjadi pada impor barang dan jasa. Nilai
impor mencapai puncaknya pada triwulan III 2008 sebesar Rp388,4 triliun.
Pembalikan tren juga mulai terjadi triwulan II 2009. Akan tetapi nilai impor
pada akhir 2009 (Rp324 triliun) masih di bawah nilai tertinggi sebelum krisis.
Gambar 1. Nilai Ekspor dan Impor
Barang & Jasa (Triwulanan, Rp triliun)
Sumber:
CEIC
Fenomena
perkembangan ekspor dan impor di atas dapat dijelaskan dengan memisahkan
komponen nilai nominal ekspor dan impor menjadi volume serta harga ekspor dan
impor. Volume ekspor dan impor pada Gambar 2 menunjukkan bahwa selama krisis
ekonomi global, volume ekspor dan impor mengalami kontraksi sebesar
masing-masing 21 persen dan 30 persen yaitu dari posisi tertinggi sebelum
krisis pada triwulan II dan III 2008 ke posisi terendah selama krisis pada
triwulan I 2009.
Gambar 2. Volume Ekspor dan Impor
Barang & Jasa (Riil, Triwulanan, Rp triliun)
Sumber: CEIC
Jika
dilihat dari sisi harga (Gambar 3), justru harga tertinggi terjadi selama
periode krisis yaitu untuk ekspor terjadi pada triwulan I 2009 dan impor pada
triwulan IV 2008. Walaupun terjadi krisis ekonomi global yang ditandai oleh
penurunan permintaan dunia (volume perdagangan dunia), harga ekspor dan impor
selama periode krisis masih tinggi. Sisi harga juga bisa menjelaskan kenapa
nilai impor pada akhir 2009 masih di bawah nilai tertinggi sebelum krisis
sedangkan nilai ekspor mendekati nilai tertinggi sebelum krisis. Hal ini
terjadi karena harga impor pada triwulan IV 2009 mengalami penurunan sedangkan
harga ekspor justru malah mengalami kenaikan.
Gambar 3. Harga Ekspor dan Impor
Barang & Jasa (Triwulanan)
Sumber: CEIC
Adapun
pertumbuhan triwulanan ekspor dan impor disajikan pada Gambar 4. Selama periode
krisis, pertumbuhan ekspor mencapai nilai negatif selama tiga triwulan
berturut-turut sejak triwulan III 2008 (-0,1 persen) sampai dengan triwulan I
2009 (-16,7 persen). Sementara itu, pada impor hanya terjadi dua triwulan yang
pertumbuhannya negatif yaitu triwulan IV 2008 (-11,7 persen) dan triwulan I
2009 (-20,7 persen).
Gambar 4. Pertumbuhan Riil Triwulanan Ekspor dan Impor Barang & Jasa
Sumber: CEIC
3.2. Volume ekspor
Hasil
regresi model volume ekspor adalah:[4]
XSA
= -0.11 + 0.67MTGDP + 0.65MTPGDP(-1) + 0.82Q304
(0.06) (0.31) (0.31) (0.27)
n =
36 R2 = .53
Dimana
XSA adalah pertumbuhan volume ekspor yang disesuaikan secara musiman, MTPGDP adalah
pertumbuhan indeks riil PDB mitra dagang utama, dan Q304 = variabel dummy untuk
menangani tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi pada triwulan ketiga 2004.
Regresi
di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang cukup
signifikan mempengaruhi volume ekspor. Variabel pertumbuhan ekonomi mitra
dagang mencerminkan permintaan pasar dunia atas produk-produk Indonesia.
Model
volume ekspor cukup memuaskan (Widarjono 2005) yang ditandai
oleh F-statistik yang sangat signifikan, statistik Durbin-Watson yang lebih
besar dari 2 dan variabel-variabel bebas mampu menjelaskan lebih dari 50 persen
perubahan pada variabel dependen.
Untuk
melakukan proyeksi volume ekspor, model ini cukup bagus yang ditunjukkan oleh
indikator-indikator proyeksi yang bagus seperti root mean squared error yang kecil. Kalau kita bandingkan realisasi
volume impor dengan proyeksinya, proyeksi sangat mendekati dengan realisasinya.
Hal ini menunjukkan model dapat digunakan untuk melakukan proyeksi dengan
tingkat akurasi yang tinggi.
3.3. Harga ekspor
Hasil
regresi model harga ekspor adalah:
EPSA
= -0.08 + 0.28CPI + 0.12EPI – 0.62NEER
(0.11)
(0.19) (0.02) (0.06)
n = 36 R2 = .78
Dimana
EPSA adalah pertumbuhan harga ekspor yang disesuaikan secara musiman, CPI adalah
pertumbuhan indeks harga konsumen Indonesia, EPI adalah pertumbuhan indeks
harga enerji (batu bara, gas alam, dan minyak mentah), dan NEER adalah
pertumbuhan nilai tukar efektif nominal.
Berdasarkan
hasil regresi di atas, menunjukkan bahwa
indeks harga energi dan nilai tukar nominal efektif secara statistik sangat
signifikan menjelaskan harga ekspor. Tanda variabel nilai tukar nominal efektif
(NEER) negatif yang menunjukkan bahwa depresiasi rupiah menyebabkan harga
ekspor Indonesia menjadi lebih murah.
Model
harga ekspor juga menunjukkan daya ramal yang cukup tinggi akurasinya yang
ditunjukkan oleh beberapa indikator di bawah ini. Hasil proyeksi model harga
ekspor bahkan bisa mendahului realisasinya seperti yang ditunjukkan grafik di
bawah ini. Oleh karena itu, ini bisa digunakan sebagai leading indicator.
3.4. Volume impor
Hasil
regresi dari model volume impor adalah:
MSA
= -0.27 + 3.17GDP - 0.13REER + 1.11XSA
(0.14) (1.33) (0.07) (0.20)
n = 37 R2 = .58
Dimana
MSA adalah pertumbuhan volume impor yang disesuaikan secara musiman, GDP adalah
pertumbuhan PDB riil, REER adalah pertumbuhan nilai tukar efektif riil, dan XSA
adalah pertumbuhan volume ekspor.
Hasil
regresi di atas menunjukkan bahwa dua variabel penjelas cukup signifikan secara
statistik mempengaruhi volume impor yaitu PDB Indonesia dan nilai tukar efektif
riil. Tanda variabel REER negatif yang menunjukkan bahwa depresiasi rupiah akan
menyebabkan barang impor menjadi mahal sehingga bisa berpengaruh negatif
terhadap volume impor. Variabel volume ekspor sangat signifikan secara
statistik dalam menjelaskan perubahan volume impor. Signifikansi ini
menkonfirmasi dugaan kami bahwa sebagian besar impor Indonesia akan diproses
lebih lanjut untuk dapat diekspor ke negara mitra dagang.
Model
volume impor menunjukkan kemampuan memperkirakan yang sangat bagus terutama
pada periode akhir observasi. Pada periode-periode akhir observasi, garis
grafik antara realisasi dan proyeksi volume impor menyatu yang menunjukkan
kuatnya daya proyeksi model ini.
3.5. Harga impor
Hasil
regresi dari model harga impor adalah:
MPSA
= -0.23 + 5.01MTPI + 0.76NER
(0.15) (1.08) (0.13)
n = 37 R2 = .59
Dimana
MPSA adalah pertumbuhan harga impor, MTPI adalah pertumbuhan inflasi negara
mitra dagang utama impor, dan NER adalah pertumbuhan nilai tukar nominal
(Rp/US$).
Regresi
atas model harga impor menunjukkan bahwa inflasi dari mitra dagang utama
Indonesia dan nilai tukar nominal sangat signifikan secara statistik. Keduanya
juga menunjukkan tanda positif, sesuai dengan yang diharapkan.
Indikator-indikator
peramalan (forecasting) menunjukan
bahwa model harga impor cukup bagus untuk digunakan sebagai alat untuk
memperkirakan harga impor ke depan. Walaupun terdapat penyimpangan angka
proyeksi pada periode paling akhir observasi, secara keseluruhan angka-angka
proyeksi cukup mendekati dengan realisasinya.
3.6. Pengintegrasian
Model
Untuk
memperoleh proyeksi nilai nominal ekspor/impor dilakukan prosedur berikut ini:
Pertama
adalah menghitung deflator harga implisit dengan cara mengalikan proyeksi angka
pertumbuhan harga ekspor/impor dengan harga ekspor/impor periode sebelumnya. Formulanya
adalah:
Harga ekspor/import
= Harga ekspor/import-1 x (1+ Pert. harga ekspor/impor)
Kedua
adalah menghitung volume ekspor/impor dengan mengalikan proyeksi angka
pertumbuhan volume ekspor/impor dengan volume ekspor/impor periode sebelumnya,
atau secara formula adalah:
Volume ekspor/import
= Volume ekspor/import-1 x (1+ Pert. volume ekspor/impor)
Terakhir,
untuk memperoleh nilai nominal ekspor/impor, deflator harga implisit dikalikan
dengan nilai riil, yang dapat diringkas dalam bentuk formulasi matematika
sebagai berikut:
Nominal ekspor/import
= Harga ekspor/import x Volume ekspor/import
4. KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai ekspor dan impor cenderung terus
mengalami peningkatan walaupun terjadi penurunan selama krisis ekonomi global
2008/2009. Selama krisis ekonomi global, volume impor mengalami kontraksi lebih
besar dibandingkan ekspor, masing-masing 30 persen dan 21 persen. Model
proyeksi ekspor dan impor cukup memuaskan dimana variabel-variabel yang
mempengaruhi volume dan harga baik ekspor maupun impor menunjukkan signifikansi
secara statistik dengan tanda yang sesuai harapan. Hasil proyeksi dari
model-model di atas juga cukup baik mengikuti pergerakan atau pola historis
baik volume maupun harga ekspor dan impor. Oleh karena itu, model-model di atas
dapat digunakan untuk memproyeksi ekspor dan impor baik dari sisi volume maupun
harga. Angka yang menjadi masukan dalam proyeksi PDB adalah angka ekspor dan
impor dalam volume atau angka riil. Sedangkan angka nominal (volume dikalikan
dengan harga) dapat digunakan untuk memproyeksi neraca perdagangan untuk
keperluan proyeksi neraca pembayaran.
4.2. Rekomendasi
Untuk
studi yang akan datang, model-model di atas bisa dikembangkan untuk mengadopsi memisahkan
komponen ekspor dan impor lebih lanjut. Misalkan memisahkan ekspor dan impor ke
dalam ekspor dan impor baik barang maupun jasa, ke dalam migas dan non-migas,
atau ke dalam per jenis komoditas. Pemisahan-pemisahan ini diperlukan untuk
memenuhi permintaan atas proyeksi ekspor dan impor yang lebih detail, misal,
untuk keperluan memproyeksi penerimaan perpajakan.
LAMPIRAN
1. Volume Ekspor
Dependent
Variable: XSA
|
||||
Method:
Least Squares
|
||||
Sample
(adjusted): 2000Q3 2009Q2
|
||||
Included
observations: 36 after adjustments
|
||||
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
C
|
-0.107265
|
0.057708
|
-1.858744
|
0.0723
|
MTPGDP
|
0.673480
|
0.309077
|
2.179004
|
0.0368
|
MTPGDP(-1)
|
0.650533
|
0.307815
|
2.113390
|
0.0425
|
Q304
|
0.818981
|
0.265502
|
3.084644
|
0.0042
|
R-squared
|
0.526879
|
Mean dependent var
|
0.104169
|
|
Adjusted
R-squared
|
0.482524
|
S.D. dependent var
|
0.363906
|
|
S.E. of
regression
|
0.261779
|
Akaike info criterion
|
0.261805
|
|
Sum squared
resid
|
2.192900
|
Schwarz criterion
|
0.437752
|
|
Log
likelihood
|
-0.712490
|
F-statistic
|
11.87865
|
|
Durbin-Watson
stat
|
2.094542
|
Prob(F-statistic)
|
0.000022
|
|
2. Harga Ekspor
Dependent
Variable: EPSA
|
||||
Method:
Least Squares
|
||||
Sample
(adjusted): 2000Q2 2009Q1
|
||||
Included
observations: 36 after adjustments
|
||||
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
C
|
-0.084795
|
0.112016
|
-0.756994
|
0.4546
|
CPI
|
0.282242
|
0.185283
|
1.523305
|
0.1375
|
EPI
|
0.115452
|
0.022482
|
5.135322
|
0.0000
|
NEER
|
-0.615638
|
0.058691
|
-10.48940
|
0.0000
|
R-squared
|
0.783043
|
Mean dependent var
|
0.294168
|
|
Adjusted
R-squared
|
0.762703
|
S.D. dependent var
|
0.758705
|
|
S.E. of
regression
|
0.369589
|
Akaike info criterion
|
0.951589
|
|
Sum squared
resid
|
4.371075
|
Schwarz criterion
|
1.127536
|
|
Log
likelihood
|
-13.12861
|
F-statistic
|
38.49820
|
|
Durbin-Watson
stat
|
2.193376
|
Prob(F-statistic)
|
0.000000
|
|
3. Volume Impor
Dependent
Variable: MSA
|
||||
Method:
Least Squares
|
||||
Sample
(adjusted): 2000Q2 2009Q2
|
||||
Included
observations: 37 after adjustments
|
||||
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
C
|
-0.273741
|
0.144327
|
-1.896674
|
0.0667
|
GDP
|
3.165110
|
1.333841
|
2.372930
|
0.0236
|
REER
|
-0.128577
|
0.067448
|
-1.906329
|
0.0653
|
XSA
|
1.106512
|
0.204738
|
5.404538
|
0.0000
|
R-squared
|
0.577763
|
Mean dependent var
|
0.160541
|
|
Adjusted
R-squared
|
0.539377
|
S.D. dependent var
|
0.694034
|
|
S.E. of
regression
|
0.471035
|
Akaike info criterion
|
1.434038
|
|
Sum squared
resid
|
7.321845
|
Schwarz criterion
|
1.608191
|
|
Log
likelihood
|
-22.52970
|
F-statistic
|
15.05170
|
|
Durbin-Watson
stat
|
2.017706
|
Prob(F-statistic)
|
0.000002
|
|
4. Harga Impor
Dependent
Variable: MPSA
|
||||
Method:
Least Squares
|
||||
Sample
(adjusted): 2000Q2 2009Q2
|
||||
Included
observations: 37 after adjustments
|
||||
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
C
|
-0.226492
|
0.149959
|
-1.510359
|
0.1402
|
MTPI
|
5.012196
|
1.077604
|
4.651243
|
0.0000
|
NER
|
0.764739
|
0.132855
|
5.756216
|
0.0000
|
R-squared
|
0.586593
|
Mean dependent var
|
0.354324
|
|
Adjusted
R-squared
|
0.562275
|
S.D. dependent var
|
0.927073
|
|
S.E. of
regression
|
0.613359
|
Akaike info criterion
|
1.937871
|
|
Sum squared
resid
|
12.79110
|
Schwarz criterion
|
2.068486
|
|
Log
likelihood
|
-32.85061
|
F-statistic
|
24.12173
|
|
Durbin-Watson
stat
|
2.234263
|
Prob(F-statistic)
|
0.000000
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Carbaugh,
Robert J. (2008), “International Economics,”
Eleventh Edition, Ohio: Thomson South-Western.
Hauk, William R. (2008), “U.S. Import and Export
Elasticities: A Panel Data Approach” Paper Seminar, South
Carolina: Clemson University.
Hossain, Akhand Akhtar (2009), Structural Change in the
Export Demand Function for Indonesia: Estimation, Analysis and Policy
Implications, Journal of Policy Modeling,
31, hlm. 260-271.
Mankiw, N. Gregory
(2007), “Macroeconomics,” Sixth
Edition, New York: Worth Publishers.
Mervar, Andrea (1994), "Estimates of the Traditional Export and
Import Demand Functions in the Case of Croatia", Croatian Economic Survey 1993, 1(1), pp. 79-93.
Sugema, Iman (2005), The Determinants of Trade Balance and
Adjustment to the Crisis in Indonesia, Discussion
Paper No. 0508, Adelaide:Centre for
International Economic Studies.
U.S. Census Bureau, “FAQs
on Seasonal Adjustment,” http://www.census.gov/const/www/faq2.html
Widarjono, Agus
(2005), “Ekonometrika: Teori dan Aplikasi
untuk Ekonomi dan Bisnis,” Yogyakarta: Ekonisia.
[2] Persamaan (10) dan (11) dapat juga
diturunkan dengan menggunakan aturan rantai (chain rule) dari kalkulus:
d(harga.volume) = volume d(harga) +
harga d(volume)
kemudian
membagi ke dua sisi persamaan dengan (harga.volume) untuk memperoleh:
d(harga.volume)/(harga.volume) =
d(harga)/harga + d(volume)/volume
yang
menunjukkan persentase perubahan (Mankiw 2007).
[3] Dirangkum dari situs: U.S. Census Bureau, “FAQs on Seasonal
Adjustment,” http://www.census.gov/const/www/faq2.html
[4] Lihat Lampiran untuk hasil regresi yang lebih
detail.
No comments:
Post a Comment